HISTORI KH ACHMAD ABDUL HAMID KENDAL 1915 M | Abdul Hamid bin Ahmad al-Qandaly

Daftar Isi [Tampil]

KH Achmad Abdul Hamid Kendal putra Syekh Abdul Hamid bin Ahmad al-Qandaly rahimahullah, adalah tokoh Nahdlatul Ulama yg berasal dari Kendal, Jawa Tengah, seorang pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah Kendal. sekaligus Imam Masjid Besar Kendal, sekaligus merupakan sahabat dari KH. A Wahid Hasyim.


Kelahiran

Ahmad bin Abdul Hamid lahir di kota Kendal pada tahun 1915 M. Ayahanda beliau bernama KH. Abdul Hamid.

Sekitar tahun kelahiran Ahmad bin Abdul Hamid, bangsa Indonesia marak dgn pembentukan kelompok atau organisasi, baik yg bersifat keagamaan, sosial, ekonomi, maupun politik. Pada 1912, lahir organisasi Muhammadiyah, kemudian, pada 1918 lahir Nahdlatul Tujjar yg konon merupakan cikal bakal organisasi Nahdlatul Ulama, berturut2, pada 1920-an bermunculan organisasi atau pergerakan, berubahnya SDI (Sarekat Dagang Islam) menjadi SI (Sarekat Islam), lahirnya NU, dan peristiwa sumpah pemuda.

Atlit Sepak Bola dan Maraton

Kiai Ahmad ini multitalenta. Beliau penggemar olahraga. Penyuka sepakbola dan maraton. Di masa mudanya, ketika nyantri di Pondok Kasingan Rembang yg diasuh oleh KH Kholil Harun rahimahullah, beliau membentuk klub bal-balan. Posisinya striker. Jejak ketrengginasannya dalam mencetak gol, dibuktikan tatkala di Kendal, pada Hari Pahlawan 1979 M, diadakan pertandingan antara veteran versus tim pemda. Tim veteran menang telak 5-1. Empat gol diantaranya diceploskan Kiai Ahmad, ulama yg pernah bergabung dalam Barisan Sabilillah semasa revolusi kemerdekaan.

Dahsyat! Jangan heran jika di usia 72 tahun, Pengasuh Ponpes al-Hidayah Kendal itu, masih sanggup lari jauh dan membawa obor PON XI di Jawa Tengah, obor api PON Mrapen. Bahkan, fotonya ketika membawa obor dimuat di harian Wawasan, 9 Mei 1987, dan diberi ulasan dgn judul “KH Achmad Abdul Hamid, Kiai yang Olahragawan”.

Karena pembawaannya yg supel, beliau banyak dekat dgn semua kalangan. Dari kiai, budayawan, para veteran perang kemerdekaan, hingga anggota klub jantung sehat, pecinta maraton, dan atlet sepakbola.Karena dekat dgn kalangan olahragawan, beliau juga diberi posisi sbg Wakil Ketua KONI Jawa Tengah, pada suatu era.

Nah, soal kegemarannya berolahraga ini ada suatu cerita lucu. Suatu ketika ada pengusaha yg mau meresmikan kolam renang umum miliknya. Karena itu, dia mengundang Kiai Ahmad. Awalnya beliau mengira diundang untuk membaca doa di akhir prosesi. Sayang, dugaan ini meleset. Karena Kiai Ahmad adalah seorang olah ragawan–dan untuk memenuhi unsur entertainment—maka diagendakan bagi beliau untuk melakukan “lompatan pertama” dari menara kolam. Tak tanggung2, sang pengusaha menghadiahkan sepotong celana renang untuk beliau kenakan bagi keperluan itu! Jelas, ini situasi yg sulit.

Demi id-khalus surur (menyenangkan hati orang lain), Kiai Ahmad merasa tak sampai hati menyingkirkan celana renang pemberian si pengusaha. Tapi, celana itu tak cukup panjang untuk menutupi auratnya. Apa akal ? Pada waktu yg ditentukan untuk acara peresmian itu, Kiai Ahmad tampil di puncak menara kolam, bercelana panjang, dgn celana renang dikenakan di luarnya laksana Superman! Terus terang, saya terbahak membaca cerita yg disampaikan oleh KH Yahya Cholil Tsaquf ini di buku humor “Terong Gosong: Ketawa Secara Serius” (Rembang: Mata Air, 2013), dan di buku karya Ahmad Fikri AF, “Tawa Show di Pesantren” (Yogyakarta: LKiS, 1999).

Pencetus Gedung PBNU

KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal adalah Pencetus dibangunnya GedPencetus di jalan Kramat Raya Jakarta, Gedung 9 lantai seperti lambang NU lintang songo, namun beliau wafat sebelum pembangunan selesai.

Ide Silaturahim Ngumpulke Balung Pisah

Tokoh yg menggagas lahirnya Silaturahim Ngumpulke Balung Pisah ini adalah sosok yg begitu rapi dalam menyimpan dokumen2 penting Nahdlatul Ulama, salah satu yg sangat rapi disimpannya adalah dokumen2 Buletin LINO (Lailatul Ijtima’ Nahdatoel Oelama). Tentu, tawa saya berpadu dgn kekaguman terhadap pribadinya yg tulus, anti-gengsi dan mengemong masyarakat. Gagasannya menjaga kerukunan masyarakat tampak dalam realisasi ide Silaturahim Ngumpulke Balung Pisah, wadah agar masyarakat senantiasa rukun dan tidak kepaten obor silaturrahim.

Pada umumnya sebagian umat Islam, ketika mengakhiri ceramah, sambutan, pidato atau surat-menyurat keagamaan dgn kalimat "Billahit taufiq wal-hidayah" (versi lain ada yg menambahkan, war-Ridla wal-Inayah), pada tahun 1960-an, dan kalimat "Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq” yg diucapkan atau ditulis sebelum salam penutup. "WWW" yg menjadi akronim dari "Wallahul muwaffiq ilaa aqwaamit thooriq, Wassalamualaiku warohmatullohi Wabarokaatuh" telah menjadi identitas dan tradisi khas tersendiri bagi warga Nahdlatul Ulama.

Kalimat itu selalu disebut, ditulis dan dibaca dalam tiap kegiatan formal maupun informal yg diadakan oleh warga NU, tetapi terkait siapa sosok kharismatik di balik kalimat tersebut tidak begitu populer, hingga salam itu menjadi demikian melekat erat dalam keseluruhan gerak nafas dan aktivitas warga Nahdliyin, adalah KH. Ahmad Abdul Hamid atau yg lebih dikenal dgn nama KH. Achmad Abdul Hamid Kendal, yg menjadi pencipta kalimat tsb.

Sebelum kalimat "wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariiq" diciptakan, sebelumnya beliau telah menciptakan terlebih dahulu istilah “Billahit taufiq wal-hidayah”. Awalnya para Kiai NU menggunakan kalimat ini. Namun, karena semakin populer kalimat tsb, kemudian digunakan oleh hampir semua kalangan umat Islam dan Golkar saat itu, dalam berbagai pidato dan sambutan, maka beliau merasa kekhasan untuk orang NU tidak ada lagi, untuk itu diciptakan istilah baru, kalimat penutup salam lain, yakni "wallahul muwaffiq ila aqwamit thariiq" (Dan Allah adalah Dzat yg memberi petunjuk ke jalan yg selurus2nya), yg dirasakan cukup sulit ditirukan oleh orang non-NU. Kemudian hingga kini, menjadi ciri khas kiai NU dan menjadi ciri khas kalimat penutup salam ala warga Nahdliyin.

PT. Karya Toha Putra

Salah satu perusahan penerbitan nasional legendaris di Indonesia asal Kota Semarang, yakni PT. Karya Toha Putra, yg telah menerbitkan buku tuntunan shalat mencapai 50 juta cetakan dan merupakan perusahaan percetakan dan penerbitan buku bacaan kitab Al-Quran dan buku tentang agama Islam, pada awal perkembangannya adalah bermula dari mencetak dan mendistribusikan buku Yasin Tahlil karya KH. Achmad Abdul Hamid Kendal dgn oplah 5000 eksemplar perbulan.

Kiprah di Nahdlatul Ulama

Kiprahnya di lingkungan NU dimulai dari tingkat daerah sampai PBNU. Beberapa posisi penting di NU yg pernah didudukinya adalah Rais Syuriyah PCNU Kendal, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah (dengan Katib KH. Sahal Mahfudh), dan terakhir sebagai Mustasyar PBNU. Sejak tahun 1930-an, Kiai Achmad Abdul Hamid telah terlibat dalam penulisan dan penerbitan majalah Berita NO.

Arsipatoris Dokumen

Soal reputasi keilmuan, beliau dikenal sbg penulis dan penerjemah handal. Lainnya? sbg arsipatoris yg tekun. Baik arsip penting Nahdlatul Ulama, maupun dokumen Buletin LINO (Lailatul Ijtima’ Nahdatoel Oelama) dan Berita NO, media yang terbit di era 1930-an. Ketekunan ini ditulari sahabatnya, KH Abdul Wahid Hasyim. Kebetulan keduanya berusia ”sepantaran”. Persahabatan keduanya tidak lapuk meski berpisah alam, karena Gus Dur juga beberapa kali sowan Kiai Ahmad dan menempatkan beliau dalam jajaran Mustasyar di periode kepengurusannya.

Alim dan Sederhana

Kealiman dan reputasi pribadi beliau yg wara’ dan zuhud terpancar dari sikapnya yg ketika menjabat sbg Ketua MUI Jawa Tengah, enggan menggunakan mobil plat merah. Kiai Ahmad menggunakan mobil pribadi, tapi lebih sering naik bus umum. Sehingga pernah terlambat acara rapat gara2 bus umumnya ditilang oleh polantas karena pelanggaran.

Ketika menjadi Rois Syuriyah PWNU Jawa Tengah merangkap ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1990-an dan sekaligus penasehat Gubernur Jawa Tengah, Ismail, K.H. Ahmad Abdul Hamid menolak untuk menggunakan mobil dinas (plat merah) yg diberikan Pemda Provinsi. Hal itu dilakukan karena sifat kesederhanaan dan kesahajaannya atau sifat zuhud. Sehingga setiap berangkat ke kantor MUI di Semarang, K.H. Ahmad memilih naik bis Curugsewu Jaya jurusan Sukorejo – Semarang dgn berdiri bergelantungan dan berdesakan dgn penumpang yg lain. Bahkan pernah ketika bis yg ditumpanginya ditilang dan polisi memerintahkan semua penumpang supaya turun, beliaupun ikut turun dari bis sebagaimana para penumpang yg lain.

Ditilang polisi

Pada saat Polda Jateng mengadakan HUT Bhayangkara, K.H. Ahmad sbg ketum MUI diundang dan diminta untuk menyampaikan sambutan. Tetapi beliau datang telambat, karena bis yg ditumpanginya ditilang polisi di Brangsong. Ketika sampai di lokasi acara, beliau diminta naik podium dan dalam sambutannya menyampaikan :

“Yang terhormat Bapak Kapolda, saya tidak terbiasa datang terlambat dalam menghadiri sebuah acara, tetapi sekarang ini saya terlambat, karena bis yg saya tumpangi tadi ditilang polisi. Mau menghadiri undangan polisi kok ditilang polisi”. Mendengar itu, Kapolda dan semua yang hadir tertawa terpingkal-pingkal. Karena merasa tidak enak kepada kiai sepuh, Kapolda memerintahkan stafnya untuk mengusut polisi yg menilang bis Curugsewu Jaya yg ditumpangi K.H. Ahmad. Setelah diusut atasan, polisi yg menilang bingung atas kejadian itu, karena dia tidak tahu kalau di dalam bis ada K.H. Ahmad yg hendak menghadiri undangan Mabes Polda. Dia menilang karena bisnya memang salah. Tetapi untuk menghormati atasan dan kiai sepuh, polisi itu meminta maaf, dan iapun dimaafkan.

Karya tulis



Kecintaannya terhadap dunia tulis menulis juga ditunjukkannya dgn menulis dan menerjemahkan kitab2 yg kebanyakan ditulis dgn bahasa Jawa dalam tulisan Arab pegon. Lebih dari 20 kitab yg telah ditulisnya, meliputi bidang akidah, sejarah Islam, syariah, ke-NU-an maupun tuntunan dakwah Islam. Salah satu karyanya yg cukup fenomenal adalah terjemahan Qanun Asasi Hadlratus Syeikh Hasyim Asy’ari yg diterjemahkannya atas perintah dari Sekretaris Jenderal PBNU kala itu, KH. Saifudin Zuhri. Terjemahan tsb telah dimulai oleh KH. Mahfudz Shiddiq, tetapi tidak selesai sehingga PBNU meminta Kiai Achmad untuk menyelesaikannya. Terjemahan itu oleh Kiai Achmad dinamakan Ihyau Amalil Fudlala’ Fi Tarjamati Muqaddimatil Qanunil Asasi li-Jam’iyati Nahdlatil Ulama.

Ada banyak kitab lain yg telah ditulis oleh Kiai Ahmad. Baik dalam bahasa Indonesia, Jawa maupun Sunda. Mayoritas beraksara Arab Pegon. Hal ini membuktikan penguasaan beliau yg mendalam dalam berbagai cabang keilmuan, juga pemahaman yg mendalam terhadap beberapa bahasa tsb. Selain menjadi muallif, Kiai Achmad juga menerjemahkan kitab lain. Di antara penerbit yg telah menyebarkan karyanya adalah Pustaka Alawiyah, Maktabah al-Munawwar, Karya Toha Putra, ketiganya di Semarang; Menara Kudus, dan Maktabah Miftahul Ulum Kendal. Berikut ini di antara karya Kiai Ahmad:

1. I’anatul Muhtaj fi Qisshati al-Isra’ wal Mi’raj. Berbahasa Jawa beraksara Arab Pegon. Diterbitkan oleh Karya Thoha Putra, Semarang. Kitab ini berisi ulasan peristiwa Isra’ dan Mi’raj berdasarkan sabda Rasulullah di berbagai kitab hadits.

2. Risalatun Nisa’/ Risalah al-Huquq al-Zaujain. Berbahasa Jawa beraksara Arab Pegon. Diterbitkan oleh al-Munawwar Semarang. Kitab ini berisi panduan berumah tangga dan tips menjadi keluarga sakinah.

3. Tashilut Thariq. Berbahasa Jawa beraksara Arab Pegon. Kitab ini ditulis pada saat Kiai Ahmad bermukim di Makkah selama empat tahun. Kitab yg mengulas panduan beribadah haji ini diberi kata pengantar oleh Syekh Yasin bin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Jalil al-Muqaddasi, dan Syekh Abdullah bin Uzair Ad-Dimaki.

4. Fasholatan Jawa. Kitab legendaris. Karena menurut Penerbit Karya Thoha Putra yg menerbitkannya, kitab ini telah terjual lebih dari 50 juta eksemplar sejak awal penerbitannya pada 1953. KH Raden Asnawi Kudus, yg juga memiliki karya Fasholatan, memberikan kata pengantar dalam buku ini dgn menggunakan syiir Jawa yg indah dan motivatif.

5. Fasholatan Sunda. Tidak berbeda dgn yg berbahasa Jawa yg mudah dipahami orang awam, Fasholatan atau kitab berisi tatacara shalat dan maknanya ini ditulis menggunakan bahasa Sunda.

6. Sabilul Munji Fi Tarjamati Maulid al-Barzanji. Diterbitkan Penerbit Menara Kudus, kitab beraksara Arab-Pegon ini merupakan terjemah bahasa Jawa atas Maulid al-Barzanji. Gaya bahasanya sangat mudah dipahami orang awam.

7. Risalatus Shiyam. Ditulis dgn menggunakan aksara Arab-Pegon berbahasa Jawa, ulasan dalam buku ini sangat renyah dan mudah dikunyah orang awam sekalipun. Kiai Ahmad membahas hukum puasa, penentuan awal Ramadan, persoalan yang terjadi di dalam Idul Fitri, zakat, juga ulasan mengenai transaksi perdagangan menggunakan uang kertas. Kitab yang selesai ditulis pada 1956 ini diterbitkan oleh al-Munawwar Semarang.

8. Tuntunan Puasa. Buku ini merupakan versi bahasa Indonesia kitab Risalatus Shiyam. Kali ini diterbitkan oleh Karya Thoha Putra pada 1987, jauh setelah karya versi Jawa diterbitkan pada 1956.

9. Terjemah Yasin, Waqi’ah dan al-Mulk. Sesuai judulnya, kitab ini merupakan terjemah berbahasa Jawa atas tiga surat al-Qur’an. Kiai Ahmad memulainya dgn menyertakan keteragangan hadits keutamaan membaca al-Qur’an dan ketiga surat tsb.

10. Primbon Tahlil. Berisi Yasin dan fadhilahnya, tahlil, etika ziarah kubur, shalat mayyit, terjemah talqin, disertai dengan doa-doa dalam tradisi tahunan kaum muslimin (doa awal dan akhir tahun, nisfu sya’ban, doa asyura dan sebagainya).

11. Manarul Jum’ah. Berisi kumpulan materi khutbah Jum’at selama satu tahun. Ditulis menggunakan Aksara Arab-Pegon. Diterbitkan Pustaka Alawiyah Semarang.

12. Khutbah Jumat Pembangunan. Berisi kumpulan materi khutbah Jum’ah berbahasa Jawa. Ditulis menggunakan Aksara Arab-Pegon.

13. Miftahud Da’wah Wat-Ta’lim. 2 Jilid. Ditulis menggunakan bahasa Indonesia. Diterbitkan oleh Menara Kudus. Ulasan dalam buku ini bertema materi pokok di dalam kehidupan kemasyarakatan. Juga disertai dgn beberapa tema pembelaan terhadap amaliah Nahdliyin, seperti tahlil, tawassul, ziarah kubur, talqin, dan sebagainya.

14. Surat Yasin dan Tahlil. Arab beserta terjemahan Indonesia. Terbit pada 1987. Disebarkan oleh Karya Thoha Putera Semarang.

15. ‘Aqidah Ahlissunnah wal Jama’ah. Kitab ini berisi terjemah Aqidatul Awam yg diberi judul Mursyidul Anam dgn ulasan utawi iki iku (makno gandul) dan dilanjutkan dgn menggunakan metode tanya jawab. Juga ulasan pengertian Ahlussunnah wal Jamaah menggunakan metode yg sama. Kitab ini juga berisi panduan Birul Walidain dan ‘Uququl Walidain berdasarkan hadits.

16. Manasikul Hajji wal Umrah. Panduan Umrah dan Haji Berbahasa Jawa. Versi lain dari Tashilut Thariq. Tuntunan Shalat. Versi lain dari Fasholatan Jawa. Kali ini berbahasa Indonesia beraksara Arab-Pegon.

17. Tuntunan Menjadi Anak Soleh. Ulasan versi Indonesia kitab Birrul Walidain dan Uququl Walidain.

18. Tarikh Nabi. Sirah Nabawiyah yang dikemas dgn bahasa Jawa yg mudah dipahami.

19. Amalan Sehari-Hari.
20. Risalah An-Nahdliyyah.
21. Risalah Sapu Jagat.

Kewafatan

Kiai Achmad Abdul Hamid wafat pada 14 Februari 1998 bertepatan dgn 16 Syawal 1418 H. Tercatat, Haul ke-17 KH. Achmad Abdul Hamid Kendal yg dipusatkan di pemakaman umum Grabag, Desa Langenharjo, Kecamatan Kendal Kota dihadiri ribuan orang.

Kyai Ahcmad adalah kiai besar yg telah memperlihatkan keteladanan kepada para pengikutnya dgn sifat Qana’ah, Sahaja, Wirai, Zuhud, Ikhlas dan sifat2 kemuliaan yg lain. Tapi di balik itu beliau memiliki sifat tegas, disiplin, cekatan, proaktif, kreatif, komunikatif dan kepemimpinan. Semoga kita semua bisa mencontoh kepadanya. Amiin.

Wallahu a'lam......




نفعنا الله بعلومهم وامدنا بأسرارهم واعاد علينا من بركاتهم وعلومهم وانوارهم في الدين والدنيا والآخرة آمين يا رب العالمين بجاه سيد المرسلين محمد صلى الله عليه وآله وسلم , الفاتحة ..

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ، إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ، اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ. أمين

Post a Comment

Previous Post Next Post
close