Tumbal Pengantin Wanita : Punya Suami Multimilyader | Novel

Daftar Isi [Tampil]

Tumbal Pengantin Untuk Keberuntungan

Musim gugur 2015, saat Charlotte Shimon berangkat dengan kereta dari desanya menuju kota tujuannya Barbara Bay. Dia baru berusia sembilan tahun saat dia dicap sebagai yang terbuang dan dibuang dari kota ke pedesaan. 


Setelah bertahun-tahun, akhirnya hari ini ia diminta untuk kembali pulang ke rumah. Alasan utama adalah karena keluarga Shimon ingin menikahkan salah satu anak perempuannya kepada Orlane Estate sebagai pemancing keberuntungan. 


Kabarnya mempelai laki-laki dari Orlane Estate sedang sakit parah. Kedua saudara perempuan Shimon menolak menikahinya, dan  terpaksa keluarganya memaksa Charlotte untuk keluar dari desa dan menjadikannya pengantin tumbal.


Charlotte Shimon sedang duduk di kursi kereta sambil membaca buku dan tiba-tiba pintu gerbongnya terbuka. Udara dingin masuk seketika ke dalam gerbong. Udara kering yang membawa aroma tembaga dari bau darah segar.

Charllote menengadah dan di depannya terlihat sosok tinggi berotot jatuh ke lantai dan pingsan.

Tak lama kemudian, beberapa pria berpakaian hitam datang terburu-buru.


“Bos, Tak ada siapapun disini, Kita kirim dia langsung ke neraka?” 

“Siapa bilang tidak ada orang?” Pemimpin geng, dengan bekas luka di wajahnya, menatap tajam ke Charlotte

Charlotte Shimon sedang tidak mengharapkan bencana.


Pria yang tiba-tiba pingsan di gerbongnya ternyata membawa ancaman fatal. Niat membunuh yang meluap di mata pria dengan luka di wajahnya adalah bukti. Dia ingin membunuh mereka berdua.

Charlotte melihat sekilas senjata di tangan pria itu dan langsung memohon dengan panik, "Jangan sakiti aku. Saya tidak melihat apa-apa."


Lelaki dengan lupa di wajah maju dan menatap kepada Charlotte. Ia tidak dapat melihat wajah Charlotte dengan jelas, karena ia mengunakan cadar yang menutupi wajahnya, tetapi matanya masih terlihat. Mata yang terang dan bola mata yang indah memikat.


Sudah lama pria itu tidak melihat sepasang mata yang begitu indah, lelaki dengan bekas luka di wajahnya itu seketika terkesima. Tambah lagi sudah lama tidak bercinta, dia mulai dikelimuti nafsu birahinya.


“Gadis cantik, kami bias menyelamatkanmu, tapi kamu harus memperlakukan kami dengan baik.”

Bulu mata Charlotte yang panjang gemetar dan ketakutan saat dia berkata, "Aku tidak ingin mati. Aku takut. Aku memperlakukan kalian semua dengan baik selama kalian tidak menyakitiku."


Karena sangat ingin mendengar permohonan gadis itu yang lembut dan ringan, pria yang terluka itu tidak bisa lagi menahan diri saat dia menerkam dan mengurung Charlotte Shimon di bawahnya.

Senang dengan suara lembut dan ketakutan si gadis, lelaki dengan bekas luka itu tidak sanggup menahandirinya untuk menerkam dan memeluknya dengan nafsu.

“Bos, kamu boleh duluan, setelah menghabisi laki-laki ini, kami akan bergabung.”


Pria dengan bekas luka meletakkan senjatanya dan mulai melucuti kancing baju Charlotte Shimon. Di tengah-tengah tawanya yang penuh nafsu, ia mulai merasakan hangatnya tubuh kenyal di balik pakaian itu.


Di detik berikutnya, tangan lembut sang gadis tiba-tiba mencengkeram tangan si lelaki.

Mata si lelaki bertemu mata berbinar sang gadis. Tetapi bola mata bening itu tidak menunjukkan kepanikan dan kepolosan, tetapi berganti dengan tatapan dingin seperti bongkahan es yang tajam.

“Kamu!”


Saat lelaki dengan bekas luka di wajah ingin berbicara, Charlotte Shimon mengangkat tangannya dan menusuk jarum perak persis di kepalanya. Mata si lelaki langsung tertutup dan ia langsung jatuh pingsan. 

“Bos!”


Terkaget, kumpulan pria berseragam hitam itupun  berlari mendekat, ketika mereka mendekat, lelaki yang tadinya pingsan membuka matanya dan merebut senjata salah satu dari mereka dan menembaknya.


Satu persatu pria berseragam hitam, berjatuhan.

Semuanya terjadi dalam sekejap mata.

Charlotte Shimon terduduk. Dia tahu laki-laki tadi hanya perpura-pura tidak sadarkan diri. Darah yang di bajunya sebenarnya bukan darahnya.


Ia menatap sang pria dan ia kembali menatapnya. Laki-laki ini memiliki mata sipit yang tajam setajam mata elang. Tatapannya  sangat dalam dan menghipnotis siapa saja yang melihat matanya. 

“Tuna, maaf kami terlambat.”


Bala bantuannya datang terlambat dan mulai membersihkan kekacauan dengan teratur. Salah satu anak buahnya memberinya saputangan bersih.  

Lelaki itu mengusap dan membersihkan tangannya lalu berjalan menghampiri Charlotte.


Lelaki itu mencubit dagu lancipnya dengan jari-jarinya yang kuat dengan sedikit menggoda. Suaranya lembut tetapi jantan, “Munurutmu apa yang harus aku lakukan padamu?” 


Dagunya masih disandera oleh jari-jari yang sedikit kapalan, Charlotte terpaksa menatapnya. Pria itu berdiri tegak dan percaya diri, tampak sangat tampan. Auranya menghipnotis dan dingin seperti malam hari.


Dia  sudah mengelap tangannya tetapi masih tercium bau manis tembaga dari darah segar dan tanda-tanda pertarungan sengit.


Charlotte merasa tidak seharus ia menyaksikan kejadian tadi, kecil kemungkinannya dia bisa selamat dari peristiwa mengerikan itu.

Dan Pria ini tampak sangat berbahaya.

PLAK!


Charlotte Shimon menepis tangan pria itu dari dagunya dan berbicara dengan ketus, "Berani-beraninya kamu - aku ini adalah calon pengantin Orlane Estate!"


Calon pengantin Orlane Estate?

Pria itu mengangkat salah satu alisnya dengan wajahnya yang tampan. - Menarik. Dia adalah… mempelai wanita?

“Kamu dari Barbara Bay? Harusnya kamu tahu bahwa putri keluarga Shimons akan menikah dengan Orlane Estate.


Pernikahan itu menyebabkan kehebohan dan akulah sang pengantin itu. Jika sesuatu terjadi padaku, bukankah menurutmu, kamu hanya akan menghadapi masalah yang lebih besar? Jadi biarkan aku pergi. Aku tidak melihat apa-apa, aku juga tidak akan mengucapkan sepatah kata pun tentang kejadian ini!"


Charlotte saat ini sangat marah pada ibu tirinya, Laura Yasmeen. Wanita itu memintanya untuk kembali ke Kota Barbara Bay dan membelikannya tiket kereta api yang murah, di sisi lain ia juga yang harus memastikan bahwa pesta pernikahan akan mewah dan sensasional  sehingga akan mendapatkan reputasi yang baik.


Keluarga Shimons menikahkan putri mereka dengan Orlane Estate sebagai tumbal dan keberuntungan - ini adalah judul utama tabloid terbesar di Barbara Bay. Charlotte Shimon mempertaruhkan nyawanya dan  berharap pria ini tidak menginginkan masalah tambahan.


Pria itu memperlihatkan wajah yang terganggu. Dia baru saja disergap oleh pembunuh bayaran yang disewa saingan bisnisnya hari ini, sehingga bertemu gadis ini adalah kejutan yang tidak pernah ia pikirkan.


Gadis ini berumur tidak lebih dari dua puluh tahun. Dia terlihat pucat dan pakaiannya tidak terawat, tetapi matanya yang bening bersinar dan memancarkan kecerdasan.


Lebih penting lagi, dia adalah sang mempelai wanita.

Pria itu berlalu dan pergi dengan anak buahnya.

Jari-jari Charlotte Shimon yang terkepal karena tegang, perlahan mengendur saat pria di depannya pergi meninggalkannya. Tiba-tiba pria itu berbalik untuk menatapnya. Dia berbicara tanpa suara tetapi dari bibirnya, Charlotte bisa membaca bibirnya, "Kita akan segera bertemu."






Post a Comment

Previous Post Next Post
close